Walaupun kalah 1-0 dari Malaysia, hasil pertandingan semalam tidaklah mempengaruhi Indonesia masuk ke semifinal pertandingan sepakbola Sea Games 2011. Kemenangan Malaysia hanyalah syarat agar masuk ke laga semifinal, kalau mereka kalah sudah tentu akan tersingkir. Bagi Indonesia sudah cukup modal ke semifinal. Makanya saya melihat pelatih Indonesia tidak menurunkan pemain terbaik untuk tanding semalam.

Terlepas hasil semalam, dan hasil pertandingan selanjutnya. Saya melihat ada fenomena yang menarik pada Tim Merah Putih kali ini. Berbeda dengan tim-tim sebelumnya, ada Trio Papua yang memperkuat tim ini, dan mereka telah menunjukkan kualitas dan kemampuan terbaik mereka. Trio Papua—Patrich Wanggai, Titus Bonai dan Okto Maniani telah menunjukkan loyalitas dan perjuangan mereka untuk Indonesia. Trio Papua berjuang mati-matian merebut emas demi Indonesia.

Sementara pada saat yang sama emas yang lebih besar di kampung halaman mereka telah dikeruk habis-habisan oleh Freeport, dan menyisakan persoalan yang lebih besar sengsaranya. Sudah berapa gunung emas dipangkas, berton-ton dikeruk dan digali sampai perut bumi. Menyisakan lobang-lobang besar menganga menyeramkan!

Pada saat yang sama pula, sekarang ini para pekerja Freeport berjuang habis-habisan memperjuangkan gaji mereka agar lebih layak. Sudah berhari-hari, berminggu-minggu mereka melakukan demo kenaikan gaji.

Benarlah pula, pribahasa orang-orangtua dahulu dan diterapkan oleh Amerika: Walau hujan emas di negeri orang tapi lebih baik negeri sendiri. Hujan emas di Indonesia, ambil emasnya lalu bawa ke negeri sendiri, yaitu Amerika. Masa bodoh dengan negeri orang, yang penting kita kaya dan sejahtera!

Tidak disalahkan kenapa Papua ingin merdeka. Sudah berapa kekayaaan gunung emas mereka dirampas, gunung-gunung emas yang dahulu rimbun menghijau, sekarang menganga lobang yang besar menyisakan kematian yang mengancam. Emas mereka diambil tapi mereka tetap hidup sengsara, masih hidup dalam kotekanya! Sementara mereka melihat ada kemewahan di disampingnya.

Orang-orang baru datang dan pergi membawa hasil alam mereka. Mereka melihat kehidupan baru dalam kemewahan. Kota yang mewah dalam hutan kemiskinan Papua. Orang-orang asing mempertontokan ketimpangan.

Sebuah ironi negeri kaya raya, negeri yang punya kolam susu. Tongkat ditanam pun jadi. Emas, perak, logam, tembaga, uranium, hasil hutan, dan segala kekayaan seperti dihamparkan di negeri ini. Seolah surga telah turun ke bumi.

Sebuah negeri yang kaya, tapi rakyatnya sengsara. Seperti tikus yang mati di lumbung padi. Sementara para pemimpinnya banyak yang korup dan tiada peduli pada rakyatnya.

Kisah Trio Papua di laga tim nasional seperti ironi, sebuah sindiran dan tamparan keras dari Tuhan kepada kita semua. Di saat Trio Papua berjuang mati-matian merebut emas untuk negara, tapi pada saat yang sama pula emas di kampung mereka diambil, dirampas oleh orang asing. Apa yang Trio Papua bela, sementara pemerintahnya memicingkan mata atas fakta miris ini?

Selamat berjuang Trio Papua, silahkan berjuang rebut emas untuk bangsa ini. Terlepas apapun hasilnya nanti, apakah kalian berhasil memajukan tim ini ke final dan mendapatkan emas, kalian telah berjuang mengajarkan bangsa ini arti loyalitas, arti sebuah kesetiaan kepada bangsa dan negera ini. Biarlah sejarah nanti yang akan mencatat, siapa sesungguhnya yang cinta pada negeri ini.

Tinggalkan komentar