Kato Nan Ampek

Manurun jo Mandaki, alam mengajarkan banyak hal pada kita: Alam takambang jadi guru. Alam mengajarkan, adat menyatokan. Berjenjang naik bertangga turun. Ada adat atau adab dalam berkomunikasi antar sesama. Janganlah disamakan pematang dengan sawah. Jangan diterabas rambu-rambu. Tidaklah datar alam ini, demikian juga ada tatakrama dalam berkomunikasi.

Kata Mandaki adalah adat atau adab berbicara dengan yang lebih tua atau dituakan (senior). Misal dengan orangtua, mamak-etek, dengan guru dll. Berbicara haruslah dengan lembut dan sopan-santun.

Kata Manurun adalah adab kepada yang lebih muda. Berbicara haruslah dengan kasih sayang dan mengajarkan kebaikan. Tidak kasar dan membentak.

Sementara kata Mendatar adalah adab kepada sesama seumuran, teman sepermainan atau sebaya. Berbicaranya biasanya lebih lugas dan penuh keakraban.

Sedangkan kato Melereng adalah adab kepada orang yang saling segan-menyegani. Seperti antara menantu dengan mertua, antara rang sumando (ipar dengan besan). Pada orang dahulu biasanya kata-katanya menggunakan kiasan.

Demikianlah Alam terkembang jadi guru. Alam/jalan menurun, mendaki, mendatar dan melereng punya kaidah. Ada adat, tatacara, aturan atau kaidah yang perlu diperhatikan. Dalam bahasa kekinian, seperti berkendaraan janganlah pakai gigi 4 ketika berkendara pelan, mendaki atau menurun. Sesuaikan persneling Anda ketika menghadapi jalanan.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s