Sawahlunto, adalah sebuah kota kecil di lembah sempit di jajaran Bukit Barisan. Di tengah perut pulau Sumatera, di provinsi Sumatera Barat. Letaknya 70 km dari dari kota Padang.
Kota ini sudah terkenal dari zaman Belanda. Karena disinilah tempatnya tambang batu bara yang menggoda Belanda datang, bercokol lama dan bermukin disini. Tambang batubara di kota ini merupakan situs tambang batubara tertua di di Asia Tenggara dan satu-satunya tambang batubara bawah tanah di Indonesia.
Untuk mengekploitasi batubara ini, Belanda mendatangkan ribuan tenaga kerja paksa dari seluruh Nusantara yang berasal dari narapidana atau tahanan Belanda. Mereka ini dikenal dengan nama Orang Rantai. Kenapa disebut Orang Rantai? Karena memang di kaki mereka terikat dengan rantai besi supaya mereka tidak bisa melawan atau melarikan diri.
Orang Rantai ini dipaksa untuk bekerja untuk menambang batubara. Siksaan berupa cambukan, pukulan dan lainnya sering mereka terima dari mandor. Makanan pun terbatas mereka dapatkan. Karena kerasnya kerja dan siksaan, banyak orang rantai yang meninggal selama berlangsungnya kerja paksa ini. Dan mereka tidak dikuburkan secara layak.
Pada waktu bekas tambang ini dibuka untuk umum, banyak sekali ditemukan tulang-belulang manusia di lubang bekas tambang ini.
Sawahlunto hari ini banyak meninggalkan kenangan pahit. Tentang kisah anak bangsa yang dipaksa bekerja dalam kekerasan dan kekejaman penjajah. Orang-orang yang dibawa paksa dari kampung halaman mereka, lalu hilang di negeri jauh. Atau kalau pun bertahan hidup, tak bisa pulang dan akhirnya mereka beranak-keturunan di rantau jauh.
Sawahlunto hari ini meninggalkan kesan dan pelajaran. Betapa kemerdekaan itu mahal harganya, dan harus dipertahankan. Bahwa anak bangsa hari ini seharusnya tidak lupa, bahwa kemerdekaan yang kita hirup hari ini dari perjuangan dan pengorbanan banyak tenaga, air mata, darah dan nyawa. Sudah seharusnya kita tidak akan menyia-nyiakannya!